Kecelakaan di jalan raya sering terjadi karena disebabkan karena beberapa faktor manusia. Namun, ada juga yang disebabkan oleh faktor peralatan pada kendaraan. Untuk mengurangi resiko tinggi penyebab kecelakaan yaitu dengan melengkapi peralatan standar mobil. Terutama dengan menggunakan sabuk pengaman dan kantong udara.
Sudahkah kita selalu kenakan? Sudahkah kita tahu cara kerjanya?
Pernyataan di bawah ini mengajak teman-teman untuk memahami
fisika di balik kantong udara.
Hukum Newton dan pengamanan
Tentu kita sudah paham mengenai
hukum Newton I yang intinya “suatu benda akan cenderung tetap pada kecepatan
yang sama (yang diam akan tetap diam, yang bergerak dengan kecepatan tertentu
akan tetap bergerak dengan kecepatan itu), kecuali ada gaya luar yang
mempengaruhi.”
Nah, saat terjadi tabrakan, hukum
ini jelas berlaku. Saat sebelum terjadi tabrakan, orang yang ada di kendaraan
bergerak dengan kecepatan tertentu-akibat mobilnya bergerak. Sesaat setelah
tabrakan terjadi, orang tadi tentu akan bertabrakan dengan bagian mobil di
hadapannya, bagi sopir tentu setirnya, dan akhirnya berhenti bergerak. Jadi,
pasti ada gaya yang bekerja pada orang itu.
Gaya yang bekerja pada orang itu
terjadi karena perubahan kecepatan yang besar, sehingga kecelakaan yang terjadi
akan parah saat kendaraan tersebut bertabrakan.
Mengapa perlu dibuat gas dari kantong keluar perlahan-lahan?
Nah, untuk meminimalkan cedera yang terjadi tidak parah atau
bahkan selamat yaitu apabila percepatan tidak terlalu besar, gaya yang bekerja
tidak terlalu besar, dan dengan merubah kecepatan dengan jangka waktu yang
lebih lama. Dan sebaliknya, cedera akan parah jika gaya yang bekerja dan
percepatannya besar sekali, dan perubahan kecepatan (dari bergerak hingga diam)
terjadi dalam waktu yang singkat. Selain itu, kantong udara meminimalkan cedera dengan mendistribusikan gaya itu
pada permukaan yang lebih luas. Bila tubuh bertabrakan langsung dengan setir,
semua gaya akan bekerja hanya pada bagian tubuh seukuran setir (Gambar), cedera
yang serius dapat terjadi. Namun, bila tubuh bertubrukan dengan kantong udara yang
telah menggembung, gaya akan bekerja pada permukaan yang lebih luas (Gambar),
gaya yang bekerja pada bagian tertentu tubuh menjadi lebih kecil dan cederanya
pun menjadi lebih ringan atau terbebas sama sekali.
Bahan utama di kantong udara
Walaupun komposisi persisnya merupakan rahasia perusahaan, campuran yang paling populer adalah campuran yang terdiri atas natrium azida (Na3), kalium nitrat (KNO3), dan silikon dioksida (SiO2) sebagai reaktan sekunder. Dengan rangsangan listrik NaN3 akan terurai sesuai reaksi:
2 NaN3 (s) Þ 2 Na (s) + 3N2 (g)
Logam natrium (Na), produk samping produksi gas nitrogen yang menggembungkan
kantong udara itu, adalah logam yang sangat reaktif. Sebutir kecil natrium yang
dijatuhkan ke air akan menghasilkan api yang cukup hebat, seperti itulah yang
mungkin pernah ditunjukkan oleh guru di sekolah.
Untuk menghasilkan gas nitrogen lagi, ditambahkan kalium
nitrat dan natrium. Akan di peroleh reaksi :
10 Na (s) + 2 KNO3 (s) Þ K2O (s) + 5
Na2O (s) + N2 (g).
Kalium oksida (K2O) dan natrium oksida (Na2O) akan
bereaksi dengan senyawa ketiga dalam komposisi kantong udara, yakni silikon
dioksida (SiO2), untuk membentuk alkali silikat, atau gelas, zat
yang tidak reaktif dan tidak berbahaya bila dibuang.
Natrium azida dalam dosis kecil pun merupakan racun. Senyawa
ini dengan mudah akan diserap melalui kulit dan paru-paru, dapat menimbulkan
ketidaknormalan kardiovaskular, dan dengan pemaparan (exposure) untuk waktu
yang lama dapat menimbulkan kematian. Walaupun jumlah azida yang digunakan
cukup kecil, kalau kita dapat mengganti bahan ini dengan bahan yang lebih aman tentu lebih baik. Ini sampai sekarang
masih merupakan tantangan yang harus dijawab.
0 komentar:
Post a Comment