Kapal laut adalah sarana
transportasi laut yang sangat penting untuk menghubungkan antara satu
pulau dan pulau yang lain. Selain itu, fungsi terpenting kapal laut
adalah kemampuan untuk dapat mengangkut muatan dalam jumlah yang sangat
banyak. Merupakan sebuah fakta yang perlu diketahui, seandainya
barang-barang dari Pulau Jawa didistribusikan menggunakan kapal laut
untuk jarak yang jauh (misalkan dari pelabuhan di Jakarta ke Semarang,
Surabaya, dan kota-kota di Bali dan Sumatra), harga barang-barang akan
menjadi lebih murah dan jalanan tidak akan rusak oleh penggunaan truk
yang melebihi muatan.
Untuk menunjang fungsi
kapal laut yang sedemikian penting, tentunya kapal harus didesain agar
tahan terhadap beban-beban gaya yang bekerja, baik pada saat proses
bongkar muat maupun pada saat berlayar. Beban gaya yang bekerja pada
kapal laut dapat dikategorikan sebagai beban muatan dan beban struktur
kapal itu sendiri serta beban gaya yang dihadapi dari kapal itu seperti
gelombang laut dan angin.
Kapal tenggelam
Kita masih ingat dengan
kejadian tragis yang merenggut 1502 nyawa manusia di kala kapal Titanic
tenggelam di Samudera Atlantik setelah menabrak gunung es. Titanic
berlayar dari Southampton menuju New York dan itu merupakan pelayaran
perdananya. Kapal penumpang dengan desain perabot interior yang sangat
mewah pada saat itu membuatnya menjadi kapal penumpang dambaan bagi
setiap orang. Namun, nasib malang menimpa kapal tersebut saat mengalami
tubrukan dengan gunung es.
Setelah tubrukan, air
dengan cepat masuk ke dalam kapal pada bagian haluan (depan).
Berangsur-angsur bagian haluan dan bagian tengah kapal terendam air. Tak
menunggu lama, kapal menungging dengan sudut kemiringan kurang lebih 45
derajat sehingga ratusan orang berlarian ke bagian buritan (belakang)
kapal untuk menyelamatkan diri. Bagian tengah kapal kemudian patah
karena tidak kuat menahan struktur bagian buritan yang terangkat ke
udara. Bagian buritan terhempas ke air dan menimpa banyak orang yang
berada tepat di sekitar buritan. Setelah beberapa saat, bagian buritan
kapal kembali terangkat hingga tegak lurus terhadap permukaan air dan
berangsur-angsur tenggelam.
Baru-baru ini peristiwa
kapal tenggelam kembali terjadi. Sebuah kapal kontainer Russia “Mol
Comfort” yang memiliki panjang 316 meter patah menjadi bagian dua ketika
berlayar di laut Arab. Misteri masih menyelimuti tenggelamnya kapal
tersebut karena sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab
dari patahan. Patahan yang terjadi pada daerah lambung (tengah) kapal
mengakibatkan kapal terbagi menjadi dua bagian. Beberapa hari, bagian
depan dan belakang sudah terpisah cukup jauh bahkan bagian belakang
sudah tenggelam dan bagian depan masih terapung. Bagian yang terapung
masih diinvestigasi. Pihak yang berwenang mengklaim bahwa secara
regulasi/aturan kapal tersebut sebenarnya memenuhi standar. Lantas
bagaimana kita memahami sebuah kapal dapat terapung ataupun tenggelam?
Hukum Archimedes
Kapal bisa dianggap
sebagai balok yang terapung di permukaan air. Badan kapal laut sebagian
besar terbuat dari besi atau baja. Massa jenis besi atau baja lebih
besar daripada massa jenis air, tetapi mengapa kapal laut dapat
terapung?. Agar kapal laut dapat terapung, bagian dalam badan kapal laut
dibuat berongga. Rongga ini berisi udara yang memilik massa jenis lebih
kecil daripada air. Dengan adanya rongga ini, massa jenis rata-rata
badan kapal laut dapat dibuat lebih kecil daripada massa jenis air
(ρbadan kapal < ρair). Dengan massa jenis badan kapal yang lebih
kecil daripada massa jenis air itu, akan diperoleh berat kapal (W) lebih
kecil daripada gaya ke atas (FA) dari air sehingga kapal laut dapat
tetap terapung di permukaan air. Hal ini dapat dijumpai pada pelajaran
fisika di sekolah, yaitu mengenai hukum Archimedes.
Archimedes, seorang
filsuf Yunani kuno menyimpulkan bahwa, “Jika suatu benda dicelupkan ke
dalam sesuatu zat cair, benda itu akan mendapat tekanan ke atas yang
sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda
tersebut”. Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya
seolah-olah berkurang. Peristiwa ini tentu bukan berarti massa benda
menjadi hilang, namun disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda
yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda.
Archimedes secara tak
sengaja mengamati fenomena fisika yang menjadi dasar “Prinsip
Archimedes” ketika ia sedang memasukkan dirinya pada bak mandi. Saat itu
ia merasakan beratnya menjadi lebih ringan ketika di dalam air, dan
banyak air yang tumpah keluar bak mandi sebanyak besarnya badannya yang
dicelupkan ke dalam bak mandi. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke
atas (FA), dan lazim dikenal sebagai gaya Archimedes. Gaya apung sama
dengan berat benda (W) di udara dikurangi dengan berat benda di dalam
air. Nah, apa yang sudah dijelaskan mengapa kapal bisa terapung tentunya
memenuhi prinsip Archimedes itu. Dari sini dapat disimpulkan bahwa
hukum Archimedes dapat diterapkan bukan hanya benda terapung (W < FA)
tetapi juga untuk kasus benda melayang (W = FA) dan tenggelam (W >
FA) di air.
Ilustrasi dari prinsip Archimedes dan benda terapung, serta prinsip kerja kapal selam.
Tentunya
kita mengetahui hukum Newton yang juga sudah dipelajari di sekolah. Apa yang
terjadi pada Titanic dan kapal kontainer dapat dijelaskan dengan pendekatan
mekanika klasik, yaitu dengan menerapkan hukum Newton dan Archimedes. Sekilas
kita melihat ketika air masuk ke kapal dengan cepat hingga memenuhi bagian
tengah kapal, bagian haluan kapal akan mengalami pembebanan yang besar. Di sisi
lain bagian tengah mengalami tumpuan karena bagian buritan belum sepenuhnya
terendam air.
Perlu
diingat masih ada komponen berat yang ada di buritan kapal, misalnya poros,
kemudi, baling-baling, beberapa mesin kapal, dan tentunya kargo barang muatan
kapal. Jika ditinjau secara mekanika klasik, dapat terjadi momen gaya (torsi)
pada bagian buritan kapal yang mengakibatkan kapal menjadi patah dua. Setelah
patah menjadi dua, bagian haluan tenggelam dan bagian buritan mengalami gaya
tekan ke atas sesuai hukum Archimedes. Setelah proses ini, air kembali masuk
secara perlahan-lahan dan membuat buritan kapal menjadi tegak lurus terhadap
permukaan air. Pada tahap ini hukum Archimedes sudah kalah bersaing dari hukum
Newton karena air sudah memenuhi bagian buritan kapal secara keseluruhan.
0 komentar:
Post a Comment